Ternyata perjalanan cintanya sama seperti perjalanan study-nya. Butuh perjuangan dan adaptasi lagi dengan lingkungan yang baru. Sekarang situasinya sudah berubah, tidak seperti dulu, kalau dulu mau curhat pasti banyak temen cowok dan sahabat2nya yang bisa memberikan saran dan opini, tapi sekarang... Fuhhhh... dia selalu berkata semua orang sdah berubah... Lebih banyak yang mendengar saja dan gak ada lagi saran dari sahabat2 lelakiku... Kemana yah mereka?
Entahlah aku tak tahu harus memberikan komentar apa tentang apa yang dia rasakan. Yah, aku hanya tahu kalau dia sangat menyukai makan, dan aku mulai mengajaknya ke salah satu tempat makan yang punya kenangan dalam kisah persahabatannya. Kenapa harus kesana? Itu adalah obat yang mampu mengobati kerinduannya dengan sahabat2nya yang sudah lama tak bertemu.
Tanyaku padanya,”Hei, sis, memangnya sahabat yang mana yang kamu maksud?” Dia pun segera menjawab,”Semua sahabatku, memang ada beberapa yang kamu belum kenal.” Lalu aku bertanya kembali kepadanya,”Oooo... Sedekat apa, sampai2 sepertinya kamu ingin sekali bertemu dengan mereka? Jawabnya,”Mereka dekat sekali denganku, walau kami tak pernah bertemu lagi tapi mereka semua selalu ada di dalam diary-ku.”
Aku ingin sekali mendengar cerita darinya, sedikit demi sedikit dia mulai bercerita sendiri tentang sahabat2nya,”Awalnya kami semua hanya teman sekelas, entah kenapa setelah kelas kami berpencar kami tetap kompak. Kalau dengan sahabat2 cewek, yah seperti kebanyakan orang, kami suka jalan kemana-mana sama-sama, mulai dari makan,belanja,nonton,belajar,dan sering curhat rame-rame juga sih.”
Sambil kami menikamati makan yang telah datang aku mulai kembali mendengar ceritanya, aku mulai membuka pembicaraan dengan pertanyaan, ”Trus gimana dengan sahabat2 cowok mu, Sis.”
Dia mulai bercerita kembali,”Sebenarnya hampir sama juga, tapi aku lebih menganggap mereka semu seperti kakakku, mereka pun demikian. Biasanya aku yang suka bertanya kepada mereka tentang cowok, kenapa sih cowok begini, dan kenapa juga cowok begitu? Mereka yang memberiku pemahaman tentang cowok dan masalah2ku, tapi bedanya kalo ngobrol sama cowok sepertinya lebih enak karena pasti obrolannya lebih banyak selingan bercandanya. Dibanding sama cewek pasti obrolahnya lebih serius dan cenderung rahasia atau malah jadi ngomongin orang2 yang deket sama kita.”
Aku semakin penasaran dengan diary yang selalu ia bawa, makanya aku mulai memancing dengan pertanyaan2an. Sambil menikmati makanan yang aku mulai bertanya kepadanya,”Coba deh, sekarang kamu bayangin seandainya mereka yang kamu maksud itu ada disini sedang menikmati makanan bersamamu, kamu akan bilang apa ke mereka, sis?”
”Uhhhh... kalo mereka ada disini pastinya aku ngobrol dulu, tanya kabar dan ngapain aja selama ini coz gak pernah ada kabar lagi, ketemu cuma pas online aja, itu pun sering gak nyambung coz jadwal kesibukannya kan dah beda.”jawabnya.
Dia menambahkan kembali,”Tapi ada hal lain yang aku mau ceritakan, aku akan menceritakan kalau aku sudah benar2 melepaskan kaca, karena aku tahu bahwa kaca akan menikah, tapi entah kapan karena kaca sendiri pun belum mengundangku... Aku juga kan menjelaskan perasaan yang aku rasakan saat ini, tentang rasa bingung karena akhirnya bisa terlepas dari kaca tapi dihadapkan kepada pilihan yang tidak seperti yang aku harapkan. Entah mengapa ini bisa terjadi? Mulanya hanya karena bercerita tentang film knowing dan gambaran tahun-tahun yang akan datang. Tapi orang ini juga yang telah menolongku pada situasi yang tak ku duga. Entahlah apa ini cinta atau simpati, atau apalah.... Tapi kenapa harus dia? Itulah yang masih ku pertanyakan, aku pun menanyakan pada Tuhan tapi aku belum mendapatkan jawabannya.”
Ternyata makanan kami pun habis, padahal aku masih ingin bertanya padanya. Aku akan membawanya sambil berkeliling tempat perbelanjaan, pasti ia akan bercerita sedikit demi sedikit tentang perasaannya itu seperti ia biasa tuangkan dalam diarynya....
(Rada ngantuk niy gw mo lanjutin, next time aja yah...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar