Rabu, 18 Januari 2012

KOMBINASI MODEL STRATEGI GORDON DAN STEINER DI GRAND MANHATTAN CLUB


Manajemen Strategik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ilmu manajemen. Hadir sebagai solusi untuk memberdayakan keseluruhan perusahaan agar secara komprehensif dan sistematis mampu mewujudkan visi dan misi tersebut.

Selam bertahun-tahun beragam konsep dan teori yang menjelaskan strategi dikembangkan. Mulai dari menekankan perhatian pada kemampuan perusahaan untuk maksimalkan sumber-sumber yang dimilikinya dalam menjawab peluang dan tantangan serta berbagai ketidakpastian yang berasal dari luar organisasi, sampai pada kajian yang menekankan pada kemampuan sumber-sumber internal perusahaan untuk mendorong terjadinya keunggulan kompetitif (competitive advantages) (Grant,1991). Namun demikian, terlepas dari perdebatan tentang sudat pandang perencanaan strategis suatu perusahaan, kedua aliran jelas memiliki tujuan yang sama yaitu tercapainya sasaran dan tujuan perusahaan melalui cara-cara yang sistematis sehingga keberhasilan yang mungkin terjadi dapat ditelusuri kembali.

Terdapat 3 pertanyaan yang mendasari setiap gerak langkah perencanaan strategis, yaitu:
1.      Dimanakah posisi perusahaan saat ini? Pertanyaan ini mengantarkan pada analisa tentang situasi yang terdiri atas beberapa unsur, yaitu: analisa eksternal, analisa internal, dan analisa kompetisi.
2.      Ke mana perusahaan akan pergi? Pertanyaan ini membawa pada logika mengapa suatu perusahaan didirikan. Mission statement hadir sebagai arahan korporasi/perusahaan (corporate direction), sementara itu tujuan jangka panjang dan sasaran-sasaran jangka pendek hadir dalam  unit usaha (business unit direction).
3.      Bagaimana cara perusahaan bisa sampai ke sana? Pada tahap ini strategi disusun sebagai arahan untuk mencapai visi dan misi perusahaan. Formulasi strategi dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok, aras korporasi (corporate level), aras unit usaha (business unit level), dan aras fungsi manajemen (functional level).

Pada prinsipnya, manajemen strategik terdiri atas tiga tahapan, yaitu:
1.      Tahap Formulasi: meliputi pembuatan misi, pengidentifikasian peluang, dan tantangan eksternal perusahaan, penentuan kekuatan dan kelemahan internal, pembuatan sasaran jangka panjang, pembuatan pilihan-pilihan strategi, serta pengambilan keputusan strategi yang dipilih untuk diterapkan.
2.      Tahap Implementasi (biasa juga disebut tahap tindakan): meliputi penentuan sasaran tahunan, pengelolaan kebijakan, pemotivasian pegawai, pengalokasian sumber-sumber agar strategi yang diformulasikan dapat dilaksanakan. Termasuk didalamnya adalah pengembangan kultur yang mendukung strategi, penciptaan struktur organisasi yang efektif,  pengarahan usaha-usaha pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi, serta mengaitkan kompensasi pegawai dengan kinerja organisasi. Pada tahap ini keterampilan interpersonal sangatlah berperan. Strategi bukanlah sekedar aktivitas prblem solving, tetapi lebih dari itu strategi bersifat terbuka (open ended) dan kreatif untuk mempertajam masa depan, dan strategi juga harus dijalankan setepat mungkin (menghindari bias-bias yang tidak perlu dalam setiap bagian struktur organisasi) .
3.      Tahap Evaluasi : meliputi kegiatan mencermati apakah strategi berjalan dengan baik atau tidak. Hal ini dibutuhkan untuk memenuhi prinsip bahwa strategi perusahaan haruslah terus-menerus disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang selalu terjadi dilingkungan eksternal maupun internal. Tiga kegiatan utama pada tahap ini adalah:
a.      Menganalisa faktor-faktor eksternal dan internal sebagai basis strategi yang sedang berjalan,
b.      Pengukuran kinerja,
c.      Pengambilan tindakan perbaikan

Terlepas dari pendekatan perencanaan yang digunakan, formulasi strategi harus berlandaskan pada pemahaman secara mendalam pada pasar, kompetisi, dan lingkungan eksternal.
Empat tolak ukur yang digunakan untuk menguji baik atau tidaknya suatu strategi:
1.      Consistency : strategi tidak boleh menghadirkan sasaran dan kebijakan yang tidak konsisten.
2.      Consonance : strategi harus merepresentasikan respon adaptif terhadap lingkungan dan terhadap perubahan penting yang mungkin terjadi
3.      Advantage : strategi harus memberikan peluang bagi terjadinya pembuatan atau pemeliharaan keunggulan kompetitif dalam suatu wilayah aktivitas tertentu (terpilih).
4.      Feasibility : strategi tidak boleh menggunakan sumber-sumber secara berlebihan dan tidak boleh menghadirkan persoalan-persoalan baru yang tidak terpecahkan.

Ada tujuh model strategi diantaranya: Andrew Model of the Strategy Formulation Process, Glueck’s Strategic Management Process Model, Steiner’s Model of Structure and Processof Companywide Planning, Thomson and Stack’and  Model, Sapp and Smith Strategic Management Process, Digman’s Integrated Strategic Management Process, dan Gordon E. Greenley.

Menurut saya, yang merupakan pilihan model strategi terbaik yang dapat diterapkan dalam dunia kerja saya di Grand Manhattan Club (industri hiburan) adalah kombinasi dari Model Gordon E. Greenley dengan Model Gordon E. Greenley.

Dalam Model Gordon E. Greenley dari beranekaragam latar belakang dan pikiran yang berbeda, Gordon memberikan penjelasan sederhana antara lain:
1.      Membuat Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal
2.      Membangun misi dan tujuan organisasi.
3.      Perumusan Strategi
4.      Pelaksanaan Strategi
5.      Pengendalian
Dimana kelima proses ini satu sama lainnya berkaitan dan mengantarkan feedback.
Terdapatnya FEEDBACK (umpan balik) dapat menjadikan setiap proses yang ada menjadi lebih matang dan membuat segala dinamika yang terjadi baik di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan dapat dengan mudah diatasi. Mengingat maraknya perusahaan-perusahaan sejenis yang belakangan ini muncul sebagai pesaing Grand Manhattan Club, Feedback (umpan balik) pun yang akhirnya dapat menjaga stabilitas dan eksistensi perusahaan dalam segala persaingan keras yang ada di industrinya sendiri (industri hiburan).

Namun Model Gordon E. Greenley masih belumlah sempurna karena masih terdapat kekurangan yaitu karena sederhananya penjelasan yang dipaparkan dalam model Gordon tidak menutup kemungkinan bahwa model Gordon ini belum terlalu cermat atau hati-hati dalam membuat strategi sehingga bisa saja nanti memunculkan kekeliruan. Dampaknya nanti adalah ketika kekeliruan itu benar-benar terjadi nantinya maka dengan sendirinya akan merugikan waktu dan materi. Untuk itu model ini butuh penyempurnaan dengan mengkombinasikan model Steiner’s Model of Structure and Process of Companywide Planning.

Steiner’s Model of Structure and Processof Companywide Planning adalah model strategi yang lebih menekankan pada kehati-hatian dan kecermatan dalam menentukan perencanaan dengan basic THE PLAN TO PLAN.

Adapun tahapan model Steiner ini antara lain:
1.      THE PLAN TO PLAN à menjadi basic dari setiap aliran informasi sampai pada proses akhir (Review dan Evaluasi Perencanaan)
2.      Perencanaan Strategik, yang menjelaskan tentang :
-          Memperkirakan apa saja yang diinginkan oleh pihal luar
-          Memperkirakan apa saja yang diinginkan oleh lingkungan internal
-          Masukan dalam database apa yang ada di masa lalu, sekarang, dan masa mendatang.
-          Analisis yang diinginkan lingkungan ekternal dan internal (SWOT)
3.      Disusunlah strategi induk (jangka panjang) dengan misi, tujuan atau sasaran, kebijakan, dan sebagainya.
4.      Disusunlah strategi jangka menengah dengan membuat program-program
5.      Disusunlah strategi jangka pendek dengan membuat perencanaan
6.      Mengimplementasikan perencanaan, dalam proses inilah disebut juga dengan Perencanaan Taktis (Tactical Planning). Maksudnya adalah jikalau terjadi hal-hal yang tidak diharapkan maka harus diatasi seketika itu juga.
7.      Proses terakhir adalah Review dan Evaluasi Perencanaan.

Yang membuat Model Steiner ini lebih unggul adalah setiap tindakan yang disusun penuh dengan kehati-hatian atau tingkat kecermatan yang tinggi, inilah yang paling penting untuk dilakukan agar tidak merugikan waktu dan materi.  Dengan jenjang perencanaan sesuai dengan tahapan jangka waktunya membuat kejelasan di dalam perencanaan. Satu lagi keunggulan yang dimiliki dalam model Steiner adalah adanya Tactical Planning yang apabila rencana tidak berjalan dengan semestinya maka dapat teratasi saat ini juga, jadi jelas sudah dengan adanya Tactical Planning semua akan fokus diarahkan dalam arah yang konsisten dan meskipun nantinya jika Plan A tidak berhasil atau ada permasalahan dalam pelaksanaannya, maka dapat dilakukan Plan B atau Plan C atau plan yang lainnya agar dapat segera teratasi dengan cepat tanggap.
Kecermatan dan kehati-hatian model Steiner dan proses simple dengan penjelasan sederhana yang setiap prosesnya terdapat feedback (umpan balik) model Gordon, merupakan dua model yang dapat dikombinasikan agar mendapatkan hasil strategi yang optimum.

  
Nama     : THERESIA DEVEGA TIOMINAR
NIM      : 11011065


Tidak ada komentar:

Posting Komentar