Tulisan ini diambil dari sebuah diary seseorang.
Terdengar berita bahwa sang pujaan hati akan segera melangsungkan pernikahan bertepatan dengan ia mulai merasakan cinta dari seseorang yang baru saja ia kenal. Namun meski cinta yang ia rasakan saat ini berbeda dengan cinta sebelumnya,itulah penjelasannya dalam diary tersebut.
Tuturnya sewaktu ia menceritakan isi hatinya,”Sejujurnya... aku masih ingin sekali memilikinya seperti dulu.” Seketika itu kutangkaskan padanya bahwa itu adalah impossible. Tak mungkin lagi kamu terus mengharapkan orang yang notabennya mau menikah.
Dan ia pun juga berfikir bahwa,”Kebahagiaannya adalah kebahagiaanku juga. Dan aku berharap akan bisa mendapatkan yang terbaik setelah aku tahu bahwa dia sudah menikah.”
Tapi, kali ini entah setelah mendengar berita rencana pernikahannya yang sampai terdengar ditelinga, dia sempat sedikit berpikir bahwa keputusan pujaan hatinya saat ini benar-benar salah. “Mengapa kamu bisa berfikir sperti itu?”,tanyaku padanya. Karena rencananya ia akan menikah dengan atau tanpa restu ibundanya.
”O my God....”,responku saat mendengar sedikit cerita darinya. Seakan antara percaya atau tidak dengan cerita-cerita orang sekitar. Karena aku juga mengenal pujaan hatinya sempat ku berfikir itu tidak mungkin. Namun, bila ku lihat lagi karakter nekadnya, itu mungkin saja bisa terjadi.
Semakin lama mendengar dan membaca keluh kesahnya dalam diary aku semakin masuk dalam empati seorang sahabat. ”Jadi apa yang harus aku lakukan?”,ia mulai bertanya padaku. Namun aku tak bisa menjawabnya dengan jawaban yang tegas karena aku pun tak mau ikut campur dalam privacynya.
Cuma aku menyarankannya untuk selalu mendoakannya. Percayalah bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik untukmu dan untuknya. Jangan pernah berhenti meminta. Trus bagaimana dengan seseorang yang baru kamu kenal saat ini?
Dia sempat menuturkan sedikit banyak tentang orang ini, namun aku menyimpulkan bahwa dia jatuh cinta bukan pada pandangan pertama, tapi dia cinta karena pikiran tanya yang membawanya mencari siapa orang yang ada dibenaknya itu. Namun, mungkin bisa saja apa yang kamu rasakan ini disebut cinta, karena yang kulihat mirip seperti itu. Ya, mungkin kamu bisa mulai pendekatan sebagai teman sampai kamu mengerti perasaan yang kamu rasakan sesungguhnya.
"Kala hati jatuh cinta ku terpesona oleh kasihnya
Hasrat ini ingin selalu bersamanya
Mulutku pun tak mampu melukiskan rasa yang kurasa lewat rangkaian kata
Namun hati ini rindu untuk selalu bersamanya"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar